Headline News

Diduga Situs Raja Kanibal dari tanah Jawa

bukan Majalah Basi - Warga Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menemukan berbagai macam benda yang diduga sisa peninggalan Kerajaan Medang Kamulan. Warga mendesak dilakukan penelitian untuk membuktikan kebenaran nilai historis di tanah kelahiran mereka. Keyakinan warga Banjarejo makin kuat desanya dulu sebagai pusat kerajaan masa Prabu Dewata Cengkar dan Ajisaka, setelah ditemukannya pondasi bangunan yang diduga bekas konstruksi kerajaan, Rabu 14 Oktober 2015. Pondasi yang ditemukan warga saat mencangkul sawah mereka itu diperkirakan panjangnya mencapai satu kilometer.


Sebelum temuan pondasi itu, warga telah menemukan sejumlah benda, di antaranya lesung, batu mirip tempat persujudan, perhiasan, topeng emas, guci berisi ribuan koin kuno berlapis emas seberat dua kuintal, dan sebagainya.(tribunnews.com)


Konon jaman dahulu kala dikisahkan adanya seorang raja bergelar Prabu Dewata Cengkar yaitu anak kedua dari Prabu Sindulaya Sang Hyang Prabu Watu Gunung, yang berhasil mengangkat nama Galuh menjadi termasyhur dan rakyatnya hidup makmur. Pusat pemerintahannya di daerah Jawa Barat.
Prabu sindulaya membagi kekuasaannya dengan putra-putrinya. Dyah Ayu Dewi (menjadi ratu di Nusatembini), Dewata Pemunah Sakti (menjadi adipati di Madura), dan yang terakhir adalah Pangeran Adipati Dewata Agung (yang menjadi adipati di Pulau Bali). sedangkan Pangeran Dewata Cengkar sangat dimurka oleh ayahandanya, oleh sebab tingkah lakunya yang kasar terhadap rakyat kecil, suka menganiaya orang, ditambah hobinya berpesta pora, makin menambah kebencian rakyat. Satu hal lagi, pangeran tergila-gila makan daging manusia. Pangeran Dewata Cengkar pun diusir dari istana.
Dengan berbekal kesetiaan beberapa anak buah kerajaan, Dewata Cengkar menghimpun kekuatan di daerah timur tepatnya di pegunungan Kendeng. Ia akhirnya mengangkat dirinya sebagai raja ditemani oleh patih Aryo Tengger dan Rudo Pekso sebagai patih dan tumenggung serta menamakan kerajaan mereka Medang Kamulan.
Singkat cerita Prabu Dewata Cengkar membalas dendam kepada ayahandanya di Galuh dan merebut kekuasaan ayahnya. Dengan kembalinya kekuasaan pada dirinya maka kebiasaan lamanya meyantap daging manusia kembali menjadi kebiasaan sang Prabu.
Hal ini membuat rakyat ketakutan dan lari mengungsi, sampai pada suatu ketika seorang Pangeran muda dengan pengawalnya tiba di pesisir kerajaan, Aji Saka namanya yang ditemani punggawanya Dora dan Sembada. Pada suatu kesempatan para prajurit raja tengah mengepung tempat kakek Grenteng dengan maksud akan menangkap putrinya Roro Cangkek untuk dijadikan santapan sang raja. Pada saat putri kakek tersebut dibawa maka Aji Saka menawarkan dirinya sebagai pengganti untuk dibawa menjadi santapan sang Prabu. Akhirnya para prajuritpun setuju demi melihat kegagahan dan ketampanan Aji Saka. Ketika hendak dilucuti senjatanya, Aji Saka menepis dan hanya menyerahkan senjata pusakanya berupa keris kepada Sembada dan menitipkan pesan agar hati-hati dengan keris pusaka ini dan tak boleh ada satupun yang bisa ngambil selain dirinya. Sembada pun menyanggupi titah tersebut dn pergi ke tempat yang diperintahkan Aji Saka. Kini hanya Dora yang menemani ke istana raja.
Sesampainya di istana Aji Saka diberi 1 permintaan terakhir, dengan sangat yakin dan tanpa ragu Aji Saka hanya mengutarakan keinginannya memiliki tanah selebar sorban iket kepalanya saja.
Dengan Sombongnya sang Prabu sambil terbahak-bahak atas permintaan itu, sungguh bodoh pikir sang Dewata Cengkar.
Akhirnya permintaanpun dikabulkan dengan posisi Aji Saka memegang ujung sorban sebelah utara dan sang Prabu sebelah selatan. Namun yang terjadi begitu dibentangkan sorban iket kepala itu tak habis-habisnya hingga memaksa sang Dewata Cengkar terpojok ke arah pantai sisi selatan. Belum hilang keterkejutan sang Prabu, maka Aji Saka pun mengibaskan ikat kepalanya hingga menggulung tubuh sang Prabu dan kemudian melemparkannya ke tengah samudra.
Aji Saka pun akhirnya dinobatkan memimpin kerajaan Medang Kamulan dengan sangat adil dan bijaksana. Kemudian untuk melengkapi kebahagiaannya ia pun memerintahkan Dora untuk menjemput Sembada.
Sesampainya Dora di tempat Sembada berada terjadilah kesalahpahaman, Dora merasa mendapat titah dan mandat dari Aji Saka demikian pula Sembada yang memegang amanat dengan sangat teguhnya bahwa tak seorangpun diijinkan mengambil keris pusaka selain pemiliknya sendiri yakni Aji Saka. Dengan sama-sama memegang prinsip dan merasa benar, akhirnya merekapun duel habis-habisan, maklum keduanya bukan sembarang orang tetapi mereka adalah prajurit pilihan pengawal Aji Saka yang sakti, hingga akhirnya mereka berdua mati dalam laga.
Demi mengetahui hal ini Aji Saka pun menyesali diri, betapa kedua ponggawanya adalah prajurit setia dan taat pada pimpinan hingga akhirnya ia menuliskan kata-kata pujangga berupa :
ha na ca ra ka = ada utusan
da ta sa wa la = saling berkelahi
pa da ja ya nya = sama saktinya
ma ga ba tha nga = sama menjadi mayat
(sekilasceritarakyatindonesia.blogspot.co.id)


Begitulah kira-kira ringkasan legenda Kerajaan Medang Kamulan yang kini sekarang tengah hangat menjadi topik bahasan dengan ditemukannya situs-situs peninggalan di sekitar daerah Grobogan, jawa Tengah. who knows?
(dbs)


No comments:

Post a Comment

bukan Majalah Basi Designed by Templateism.com Copyright © 2015

bukan Majalah Basi| ABOUT |

bukan Majalah Basi| KONTAK

| PRIVACY POLICY |

DISCLAIMER

| ToS |

Sitemap |

Powered by Blogger.