bukan Majalah Basi - Pada umumnya sebuah restoran selalu mencantumkan harga untuk setiap makanannya. Namun apa yang terjadi kali ini malah sebaliknya dan justru menyerahkan kepada pelanggannya untuk menilai harga dari sebuah makanan yang dinikmatinya.
Der Wiener Deewan Restaurant merupakan nama restoran yang telah memutarbalikan sistem bisnis yang telah berlaku umum. “All you can eat, pay as you wish” alias makan sepuasnya bayar seikhlasnya, menjadi tagline dari restoran yang menyajikan makanan khas Pakistan ini. Konsep bisnis konvensional tidak berlaku bagi mereka. Sebuah konsep menarik yang siap untuk rugi. Konsep unik restoran yang terletak di Wina, Austria, ini menjadikan Wiener Deewan tidak pernah sepi pengunjung. Terletak di jantung kota Wina, Schottentor, yang tentu biaya sewanya mahal, tidak menjadikan restoran ini mengenakan tarif mahal juga.
Banyak mahasiswa sekitar Wina yang memadati restoran ini. Begitu pula umat Muslim yang mencari makanan halal. Konsepnya adalah menyajikan makanan dengan cara prasmanan, sehingga pengunjung dapat mengambil makanan sebanyak mereka mau. Untuk menunya, restoran ini menyediakan menu utama dalam dua kategori. Makanan kari berbahan dasar ayam, kambing, dan lembu. Dan jenis makanan vegetarian. Selain itu, disediakan juga makanan pencuci mulut. Untuk minuman, air mineral bisa diminum gratis. Namun untuk minuman lainnya, restoran ini mencantumkan harga tetap, tidak seperti makanannya.
Harga normal untuk setiap makanan berkisar 5-6 euro atau sekitar Rp. 75.000-90.000,-. Namun ada juga orang yang membayar 1-2 euro, bahkan hanya membayar minumannya. Banyak yang mengatakan kepada kasir bahwa mereka pelajar, sedang tidak punya uang, atau mengaku sebagai pengangguran. Sang kasir tetap tersenyum menghadapi mereka. Namun banyak pula yang membayar lebih untuk makanan yang dimakan. Pelayanan tetap sama, baik bagi yang membayar sedikit maupun banyak.
Didirikan pada 2003 oleh Natalie Deewan, seorang lulusan filsafat. Ia mendirikan restoran ini berdasarkan konsep kedermawanan manusia dalam memberi dan menerima. Pada minggu-minggu pertamanya, ia tidak yakin bahwa restorannya akan sukses, namun pengunjung restorannya semakin hari semakin banyak dan bahkan membayar lebih untuk makanan yang mereka makan. Restoran ini bahkan belum pernah mengalami kesulitan keuangan. (majalahinovasi.com/dbs)
Der Wiener Deewan Restaurant merupakan nama restoran yang telah memutarbalikan sistem bisnis yang telah berlaku umum. “All you can eat, pay as you wish” alias makan sepuasnya bayar seikhlasnya, menjadi tagline dari restoran yang menyajikan makanan khas Pakistan ini. Konsep bisnis konvensional tidak berlaku bagi mereka. Sebuah konsep menarik yang siap untuk rugi. Konsep unik restoran yang terletak di Wina, Austria, ini menjadikan Wiener Deewan tidak pernah sepi pengunjung. Terletak di jantung kota Wina, Schottentor, yang tentu biaya sewanya mahal, tidak menjadikan restoran ini mengenakan tarif mahal juga.
Banyak mahasiswa sekitar Wina yang memadati restoran ini. Begitu pula umat Muslim yang mencari makanan halal. Konsepnya adalah menyajikan makanan dengan cara prasmanan, sehingga pengunjung dapat mengambil makanan sebanyak mereka mau. Untuk menunya, restoran ini menyediakan menu utama dalam dua kategori. Makanan kari berbahan dasar ayam, kambing, dan lembu. Dan jenis makanan vegetarian. Selain itu, disediakan juga makanan pencuci mulut. Untuk minuman, air mineral bisa diminum gratis. Namun untuk minuman lainnya, restoran ini mencantumkan harga tetap, tidak seperti makanannya.
Harga normal untuk setiap makanan berkisar 5-6 euro atau sekitar Rp. 75.000-90.000,-. Namun ada juga orang yang membayar 1-2 euro, bahkan hanya membayar minumannya. Banyak yang mengatakan kepada kasir bahwa mereka pelajar, sedang tidak punya uang, atau mengaku sebagai pengangguran. Sang kasir tetap tersenyum menghadapi mereka. Namun banyak pula yang membayar lebih untuk makanan yang dimakan. Pelayanan tetap sama, baik bagi yang membayar sedikit maupun banyak.
Didirikan pada 2003 oleh Natalie Deewan, seorang lulusan filsafat. Ia mendirikan restoran ini berdasarkan konsep kedermawanan manusia dalam memberi dan menerima. Pada minggu-minggu pertamanya, ia tidak yakin bahwa restorannya akan sukses, namun pengunjung restorannya semakin hari semakin banyak dan bahkan membayar lebih untuk makanan yang mereka makan. Restoran ini bahkan belum pernah mengalami kesulitan keuangan. (majalahinovasi.com/dbs)
No comments:
Post a Comment