bukan Majalah Basi - Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia akan melibatkan psikolog dalam membuat pertimbangan untuk memblok aplikasi 'i-Doser' supaya tidak bisa diunduh oleh perangkat telepon pintar atau komputer tablet yang beroperasi dengan terhubung ke jaringan internet di Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Rudiantara, mengatakan aplikasi yang hari ini ramai diberitakan karena dianggap bisa mempengaruhi kerja otak sehingga penggunanya seakan-akan seperti sedang merasakan efek dari mengkonsumsi narkoba itu belum tentu membahayakan. Pasalnya, aplikasi yang diketahui dibanderol dengan harga Rp.71.542,- di pasar aplikasi Google Play Store untuk telepon pintar bersistem operasi Android itu diketahui hanya menggunakan gelombang-gelombang suara untuk mempengaruhi kinerja otak.
Berbeda dengan narkoba yang kandungan kimianya memang memberi dampak langsung kepada otak. "Berbeda dengan narkoba secara fisik, orang yang menggunakan aplikasi i-Doser itu hanya seakan-akan merasakan efek. Itu mungkin ada teorinya untuk menghipnotis atau apa. Teman-teman sedang cek. Karena itu kita juga harus konsultasi dengan psikolog, karena ini kan jatuhnya seperti masalah memberikan sugesti," ujar Rudiantara di Balai Kota DKI, Selasa, 13 Oktober 2015.
Bila hasil kerja tim Kemenkominfo mengatakan bahwa aplikasi tersebut berbahaya, Rudiantara mengatakan Kemenkominfo bisa melakukan pemblokiran aplikasi dengan cepat. Apalagi, bila ada tekanan dari masyarakat yang menganggap aplikasi memang membahayakan, Rudiantara mengatakan pemblokiran akan dilakukan. "Ada tim panel yang tugasnya memang mengurus hal seperti itu (pemblokiran aplikasi). Hari ini sudah dievaluasi. Bila nanti malam sudah ada hasilnya, kita akan keluarkan keputusan bila harus diblok ya diblok, bila ternyata tidak, ya tidak. Seperti itu," ujar Rudiantara.
Seperti diketahui, aplikasi i-Doser dianggap sebagai narkoba digital karena suara-suara yang dikeluarkannya bisa mengecoh kinerja otak. Penggunanya diberitakan bisa mengalami kecanduan, bahkan hingga hilang akal layaknya sedang mabuk. (viva.co.id/dbs)
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Rudiantara, mengatakan aplikasi yang hari ini ramai diberitakan karena dianggap bisa mempengaruhi kerja otak sehingga penggunanya seakan-akan seperti sedang merasakan efek dari mengkonsumsi narkoba itu belum tentu membahayakan. Pasalnya, aplikasi yang diketahui dibanderol dengan harga Rp.71.542,- di pasar aplikasi Google Play Store untuk telepon pintar bersistem operasi Android itu diketahui hanya menggunakan gelombang-gelombang suara untuk mempengaruhi kinerja otak.
Berbeda dengan narkoba yang kandungan kimianya memang memberi dampak langsung kepada otak. "Berbeda dengan narkoba secara fisik, orang yang menggunakan aplikasi i-Doser itu hanya seakan-akan merasakan efek. Itu mungkin ada teorinya untuk menghipnotis atau apa. Teman-teman sedang cek. Karena itu kita juga harus konsultasi dengan psikolog, karena ini kan jatuhnya seperti masalah memberikan sugesti," ujar Rudiantara di Balai Kota DKI, Selasa, 13 Oktober 2015.
Bila hasil kerja tim Kemenkominfo mengatakan bahwa aplikasi tersebut berbahaya, Rudiantara mengatakan Kemenkominfo bisa melakukan pemblokiran aplikasi dengan cepat. Apalagi, bila ada tekanan dari masyarakat yang menganggap aplikasi memang membahayakan, Rudiantara mengatakan pemblokiran akan dilakukan. "Ada tim panel yang tugasnya memang mengurus hal seperti itu (pemblokiran aplikasi). Hari ini sudah dievaluasi. Bila nanti malam sudah ada hasilnya, kita akan keluarkan keputusan bila harus diblok ya diblok, bila ternyata tidak, ya tidak. Seperti itu," ujar Rudiantara.
Seperti diketahui, aplikasi i-Doser dianggap sebagai narkoba digital karena suara-suara yang dikeluarkannya bisa mengecoh kinerja otak. Penggunanya diberitakan bisa mengalami kecanduan, bahkan hingga hilang akal layaknya sedang mabuk. (viva.co.id/dbs)
Pengaruh dan efek "i-doser" atau narkoba digital ini kemungkinan berbeda pada setiap orang seperti komentar pada youtube berikut yang merasakan efeknya dan juga yang tidak merasakannya sama sekali :
Divine Zoomer 3 months ago
:i haven't felt anything from these so called "sound drugs". and i read the comments and their like "i felt so dizzy". i felt nothing. am i doing something wrong?
HeyyDaniela 1 month ago
:is there a proper way to listen to this or something because I don't feel anything. and this is my fifth time trying something like this.
Joao Royer 2 weeks ago I'm fuckin' scared! It really works. I've started to talk with myself to return to consciousness, then I realized that the frequency of my voice was the same of the video!
Loke Forsberg 3 days ago
:The sound won't stop. Im trippin
Menanggapi beberapa pengguna yang mencoba mendengarkan aplikasi i-doser lewat video youtube, i-doser memberikan statemennya sebagai berikut :
I-Doser Binaural Doses 2 weeks ago
WARNING! PSA!
You will absolutely NEVER get any effects from a YouTube binaural due to the way YouTube compresses audio and their codec. Anybody telling you otherwise is lying. There is no special way to post them, no "high quality" format, etc that can make this work. It simply isn't possible. You may get some light meditation, but not true binaural therapy. If you can't get youtube binaurals to work - this is why!
Anda sangat tidak mungkin mendapatkan efek dari youtube binaural hanya dengan mengandalkan spesifikasi kompresi audio codec dari tayangan video youtube tersebut. Semua orang mengatakan i-doser sebuah kebohongan. Tidak sepantasnya komentar tersebut ditayangkan, karena video tersebut bukan dengan format HD dan lain sebagainya yang bisa membuat aplikasi i-doser benar-benar memberikan efek. Alasannya sederhana saja mengapa mereka tidak mendapatkan efek dari tayangan binaural tersebut karena video youtube bukanlah terapi binaural yang sebenarnya!(red).
No comments:
Post a Comment